Rabu, 25 Maret 2009

Tugas PKL

TUGAS

PENGELOLAAN KUALITAS LINGKUNGAN

ADSORPSI HERBISIDA PARAQUAT OLEH TANAH DYSTRANDEPT, PALEUDULT, DAN PSAMMENT PADA BERBAGAI KONSENTRASI NaCl DAN MgCl

OLEH :

KELOMPOK 3

Noor Alfisyah

H1E107054

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2009



1. JUDUL

ADSORPSI HERBISIDA PARAQUAT OLEH TANAH DYSTRANDEPT, PALEUDULT, DAN PSAMMENT PADA BERBAGAI KONSENTRASI NaCL DAN MgCL.

2. LATAR BELAKANG

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dapat membantu dalam meningkatkan taraf hidup dan perekonomian masyarakat. Lingkungan hidup merupakan wadah dengan segala kelengkapannya yang alamiah, kehidupan bagi umat manusia dan makhluk hidup hayati yang ada didalamnya. Tarap hidup dilakukan melalui berbagai sector karena Negara Indonesia merupakan Negara Agrarian, maka sector pertanian merupakan sector andalan untuk meningkatkan devisa Negara. Artinya : bahwa pertanian merupakan modal utama dalam peningkatan pendapatan Negara. Untuk itu maka harus dimaksimalkan peningkatan kemajuan kegiatan pertanian.

Segala upaya telah dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian. Salah satu yang dilakukan adalah memanfaatkan sumber daya alam yang telah tersedia dan penggunaan bahan-bahan kimia yang diproduksi untuk keperluan pertanian. Namun, penggunaan bahan-bahan kimia dan pupuk yang tidak efesien akan berdampak negative bagi ekosistem, hama menjadi resisten, serta dapat memusnahkan binatang-binatang lainnya termasuk juga manusia, contohnya herbisida.

Penggunaan herbisida di bidang pertanian, kehutanan dan perkebunan, dewasa ini semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh efektifitas herbisida dalam mengendalikan gulma, kemudahan memperolehnya dan harga yang relatif terjangkau. Namun demikian, penggunaan bahan kimia pertanian sebagai bagian kegiatan pertanian modern ternyata menimbulkan dampak lingkungan dan dianggap sebagai sumber pencemar baur (non-point source pollution) terhadap tanah dan air tanah. Salah satu jenis herbisida yang sering digunakan adalah herbisida paraquat.

3. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana perbandingan konsentrasi adsorpsi herbisida paraquat, konsentrasi garam NaCl dan MgCl pada tanah dystrandept, paleudult, dan psamment pada perubahan pH dan DHL?

2. Bagaimana pengaruh dari NaCl dan MgCl2 terhadap adsorpsi paraquat oleh tanah Dystrandept, Paleudult, dan Psamment ?

3. Bagaimana perbandingan pengaruh garam Na dan Mg terhadap perubahan pH dan DHL; perbandingan secara deskriptif adsorpsi herbisida paraquat oleh tanah Dystrandept, Paleudult dan Psamment?

4. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui adsorpsi herbisida paraquat meningkat dengan meningkatnya konsentrasi garam NaCl dan MgCl.

2. Untuk mengetahui pengaruh dari NaCl dan MgCl2 terhadap adsorpsi paraquat oleh tanah Dystrandept, Paleudult, dan Psamment.

3. Untuk mengetahui perbandingan konsentrasi adsorpsi herbisida paraquat, konsentrasi garam NaCl dan MgCl pada tanah dystrandept, paleudult, dan psamment pada perubahan pH dan DHL .

5. MANFAAT

Manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan ini adalah mengetahui adsorpsi herbisida paraquat meningkat dengan meningkatnya konsentrasi garam NaCl dan MgCl serta perbandingan konsentrasi adsorpsi herbisida paraquat, konsentrasi garam NaCl dan MgCl pada tanah dystrandept, paleudult, dan psamment pada perubahan pH dan DHL.

6. TINJAUAN PUSTAKA

6.1 Herbisida Paraquat

6.1.1 Pengertian

Paraquat adalah nama dagang untuk N, N '-dimethyl-4, 4'-bipyridinium dichloride, salah satu yang paling banyak digunakan di dunia herbicides. Paraquat, yang viologen, adalah bertindak cepat dan non-selektif, membunuh tanaman hijau pada jaringan kontak. Juga bersifat racun bagi mahluk hidup, jika terakumulasi didalam tubuh.

Herbisida paraquat merupakan herbisida kontak dari golongan bipiridilium yang digunakan untuk mengendalikan gulma yang diaplikasikan pra-tumbuh. Herbisida tersebut digunakan secara luas untuk mengendalikan gulma musiman khususnya rerumputan. Jenis herbisida paraquat terikat kuat oleh butir-butir tanah yang menyebabkan senyawa ini dapat bertahan lama di dalam tanah dan tidak dapat diserap oleh akar sehingga efektivitasnya dalam mengendalikan gulma menjadi berkurang. Herbisida paraquat dan herbisida lainnya pada prinsipnya hanya ditujukan pada objek sasaran yakni gulma yang bersangkutan. Namun pada aplikasinya, sebagian besar bersinggungan dengan tanah yang menyebabkan herbisida tersebut teradsorpsi ke dalam tanah.

6.1.2 Sumber

Herbisida paraquat merupakan sumber pencemar baur (non point source pollution) terhadap tanah dan air tanah. Salah satu ragam sumber kegiatan pertanian yang umum mencemari lingkungan adalah pestisida, termasuk di dalamnya insektisida, fungisida, dan herbisida. Pencemaran herbisida merupakan salah satu masalah lingkungan yang menyebabkan gangguan terhadap mikroorganisme tanah. Aplikasi herbisida melalui tanah sebenarnya kurang efisien, karena bahan aktif herbisida banyak diserap oleh koloid tanah dan bahan organic di dalam tanah.

6.1.3 Dampak

Paraquat diketahui sebagai senyawa yang sangat toksik. Keberadaannya di dalam tanah (20 ppm) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Azotobacter dan Rhizobium yang berperan dalam fiksasi nitrogen (Martani et al., 2001). Paraquat juga diketahui menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan alga di dalam tanah. Paraquat merupakan bagian dari kelompok senyawa bioresisten yang sulit terdegradasi secara biologis. Paraquat relatif stabil pada suhu, tekanan dan pH normal. Hal ini memungkinkan paraquat untuk tinggal lebih lama di dalam tanah. Sifat paraquat yang sangat mudah larut dalam air menjadikan paraquat sebagai senyawa yang berpotensi untuk tercuci oleh air hujan atau air irigasi sehingga mencemari sistem perairan (surface and ground water).

Menurut Wong, paraquat pada konsentrasi >2 ppm dapat menghambat pertumbuhan dan fotosintesis alga. Sifat paraquat yang sangat mudah larut dalam air menjadikan paraquat sebagai senyawa yang berpotensi untuk tercuci oleh air hujan maupun air irigasi sehingga mencemari sistem perairan. Dengan demikian penelitian mobilitas herbisida paraquat sangat penting untuk dilakukan mengingat semakin banyaknya herbisida berbahan aktif paraquat digunakan di bidang pertanian.

Adsorpsi dan desorpsi herbisida oleh permukaan padatan tanah diketahui sebagai proses penting yang mampu mempengaruhi perilaku herbisida di dalam tanah dan lingkungan. Ketika senyawa herbisida kontak dengan tanah, baik karena aplikasi, terjatuh atau tertumpah, atau karena terbawa oleh air hujan atau air irigasi, sebagian akan tertahan dan tinggal di dalam tanah melalui proses adsorpsi, sebagian lagi akan berada di dalam air di antara partikel-partikel tanah. Adsorpsi ini mampu menurunkan konsentrasi senyawa herbisida di dalam larutan tanah sehingga menghalangi mobilitas senyawa tersebut menuju system perairan. Senyawa herbisida yang teradsorpsi bersifat pasif, tidak tersedia untuk proses fisik, kimia, maupun biologi sampai terjadinya desorpsi.

Persoalan penting mengenai paraquat ini adalah resiko yang ditimbulkan bagi para pekerja di perkebunan. Di negara-negara utara masih kerap terjadi kecelakaan dalam penggunaan zat ini. Tetapi, kondisinya jauh lebih memprihatinkan di negara-negara berkembang karena petunjuk dan saran penggunaannya seringkali tidak diperhatikan dengan baik. Para pekerja di perkebunan seringkali bekerja dalam jangka waktu yang panjang, seperti misalnya sepuluh bulan dalam satu tahun, dan enam hari dalam seminggu. Oleh karena itu, mereka sangat mungkin terpapar racun secara rutin.

Paraquat adalah bahan racun yang sangat kuat yang dapat mengakibatkan luka serius pada kulit, mata, hidung, dan tenggorokan.Paraquat dapat menyebabkan bisul pada kulit dan tenggorokan, dan juga pendarahan hebat pada hidung. Paraquat merusak kuku jari, kadang hingga lepas. Paraquat juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati dan ginjal. Paraquat dapat menyebabkan luka pada paru-paru yang dapat menyebabkan kematian kerena sulit bernafas.

Paraquat dalam jumlah yang sedikit sekalipun dapat menyebabkan kematian, terutama jika zat ini ditelan. Banyak pekerja yang mati karena paraquat yang diserap tubuh melalui kulit. Paraquat telah menyebabkan kematian di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, salah satu produk yang mengandung Paraquat adalah Gramoxone. Gramoxone merupakan racun kontak untuk herbal, yang biasa diterapkan untuk mematikan gulma (di lahan pertanian/perkebunan). Bahan aktif Paraquat termasuk golongan II (moderately hazardous) dalam daftar WHO.

6.2 Tanah

Tanah terdiri dari tiga komponen: padat (butir pasir, debu, liat dan bahan organik), cair (air di dalam pori tanah), dan udara (di dalam pori atau rongga tanah). Untuk mendukung pertumbuhan tanaman, ketiga komponen tersebut harus berada dalam keadaan seimbang. Bila tanah terlalu basah (hampir semua pori diisi air), maka akan kekurangan udara sehingga akar tanaman sulit bernapas. Sebaliknya, bila tanah terlalu kering (kekurangan air), walaupun cukup udara, dapat menyebabkan tanaman layu.

'Tanah' adalah lapisan terluar kulit bumi dan merupakan lapisan terpenting untuk bertani. Dalam meneliti dan memonitor keadaan tanah, ada berbagai faktor yang harus diperhatikan karena faktor-faktor tersebut akan memberikan banyak informasi.

Tekstur tanah adalah pembagian ukuran butir tanah. Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt), pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan litany hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir-butir tanah (semakin banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara.

Struktur tanah adalah sifat tanah yang tergantung dari tekstur, bahan organik, dan zat kimia seperti karbonat di dalam tanah. Istilah yang sering digunakan untuk struktur misalnya:

· Agregat: kumpulan butir tanah yang direkat oleh karbonat, oksida, atau bahan organic .

· Struktur lepas (loose) adalah tanah yang butir-butirnya mudah lepas. Tanah yang terlalu tinggi kandungan pasirnya cenderung mempunyai struktur lepas.

· Struktur ringan digunakan untuk menggambarkan tanah berpasir karena ringan atau mudah diolah.

· Struktur berat digunakan untuk menggambarkan tanah liat yang berat/sulit diolah.

6.3 Penggunaan NaCl dan MgCl

NaCl dan MgCl merupakan senyawa yang mengandung garam yang memiliki konsentrasi tinggi. Pengaruh konsentrasi garam yang diberikan baik garam NaCl dan Mg adalah semakin tinggi konsentrasi garam NaCl dan MgCl2 maka nilai pH semakin menurun didalam tanah. Hal ini terkait dengan terlepasnya kation asam dan ion H+ yang lebih banyak oleh kation dua positif (Mg2+).

Adsorpsi paraquat menurunkan pH tanah secara signifikan. Hal ini mengindikasikan terlepasnya ion H+ dari komplek adsorpsi. Khan (1978) menyatakan, adsorpsi herbisida paraquat oleh koloid tanah akan diikuti oleh pelepasan ion H+. Sehingga NaCl dan MgCl sebagai indikator perbandingan.

7. METODE

· Alat :

1. Saringan (pengayak) diameter 0,5 mm dan 2 mm.

2. Pipet.

3. Erlenmeyer.

4. Gelas arloji.

5. Oven ( hot plate).

6. Rotary shaker.

7. pH-meter dan konduktimeter (DHL-meter).

8. Kertas Whatman No.42.

9. Spektronik 21 D Milton Roy pada l 258 nm.

· Bahan :

1. Tanah dystrandept.

2. Tanah paleudult.

3. Tanah psamment.

4. NaCl yaitu 0, 10, 20, 30,40 dan 50 mmol L-1.

5. MgCl yaitu 0, 10, 20, 30,40 dan 50 mmol L-1.

6. Larutan stok 10,000 ppm.

7. Larutan paraquat standar dengan konsentrasi yaitu 100. 200, 300, 400, 500, 600, dan 700 ppm.

· Cara kerja :

1. Diambil masing-masing tanah pada kedalaman 0-25 cm.

2. Dikeringkan dan dianginkan pada masing-masing tanah.

3. Diayak dengan ayakan berdiameter 0,5 mm dan 2mm.

4. Disiapkan larutan paraquat standar dengan konsentrasi yaitu 100. 200, 300, 400, 500, 600, dan 700 ppm.

5. Dibuat konsentrasi paraquat tersebut dengan larutan stok 10,000 ppm dengan pengenceran pada persamaan V1×M1=V2×M2 serta larutan NaCl dan MgCl2 yaitu 0, 10, 20, 30,40 dan 50 mmol L-1.

6. Diulang tiga kali untuk masing-masing perlakuan sehingga didapatkan 108 unit percobaan.

7. Diamati dan diukur yaitu adsorpsi herbisida paraquat, pH dan DHL pada awal dan akhir percobaan.

Percobaan adsorpsi herbisida dilakukan dengan menggunakan prosedur Batch

1. Dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer 100 mL 5 g contoh tanah.

2. Ditambahkan 40 mL larutan herbisida paraquat dengan konsentrasi 300 ppm dan 10 mL larutan NaCl dan MgCl2 masing-masing sesuai dengan konsentrasi perlakuan.

3. Dikocok suspensi tersebut dengan rotary shaker selama 30 menit pada 8 rpm.

4. Diukur pH dan DHLnya masing-masing dengan pH-meter dan konduktimeter (DHL-meter). Nilai pH dan DHL hasil pengukuran ini selanjutnya disebut pH dan DHL awal percobaan.

5. Dikocok kembali suspensi tadi 1 jam dan dibiarkan selama 24 jam pada suhu ruang. Setelah 24 jam, suspensi dikocok 30 menit, kemudian diukur kembali pH dan DHLnya yang selanjutnya disebut pH dan DHL akhir percobaan.

6. Disaring suspensi dengan kertas Whatman No.42 dan filtratnya ditampung.

7. Diukur larutan standarnya untuk masing-masing contoh tanah.

8. Ditentukan konsentrasi herbisida paraquat di dalam filtrat dengan menggunakan spektronik 21 D Milton Roy pada l 258 nm.

8. HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik sifat fisika kimia tanah adsorben

Tanah Dystrandept dan Psamment mempunyai pH yang lebih tinggi dibandingkan tanah Paleudult (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa tanah Dystrandept yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tanah-tanah muda yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan bahan induknya dan umumnya banyak mengandung debu vulkanik sehingga memiliki pH yang tinggi. Tanah Paleudult memiliki pH paling rendah (4.5) karena tanah Paleudult merupakan tanah yang berkembang dari bahan induk yang umumnya berupa batuan kristalin silika (batuan asam) atau bahan sedimen yang kandungan basanya relative rendah (Soepardi, 1983).

Selisih nilai pH (DpH) hasil pengukuran pH H2O dan pH KCl, positif (Tabel 1). DpH positif menunjukkan dominasi muatan bersih permukaan koloid tanah adalah negatif. Sebaliknya jika DpH negatif menunjukkan dominasi muatan bersih permukaan koloid tanah adalah positif. Dengan demikian, kedua adsorben didominasi oleh muatan negatif. Metode DpH (pH H2O dan pH KCl 1N) merupakan metode yang paling sederhana dan umum digunakan untuk menentukan muatan bersih permukaan koloid tanah (Tan, 1982).

Tingginya KTK tanah Psamment (32 cmol kg-1) terkait dengan tingginya kandungan bahan organik tanah Psamment (0.47%) yang lebih tinggi dibandingkan kandungan bahan organik kedua tanah yang lain. Stevenson (1994) menyatakan bahwa 25% sampai 90% KTK lapisan atas tanah mineral disebabkan oleh bahan organik. Tingginya kontribusi bahan organik terhadap KTK disebabkan oleh keberadaan gugus-gugus reaktif seperti COOH- dan fenolat-OH- yang terkandung dalam koloid humus. Adsorpsi herbisida kationik seperti paraquat dan diquat, juga herbisida basa lemah seperti triazin dapat bermuatan positif melalui protonasi. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan muatan negatif pada permukaan koloid humus sangat berpengaruh terhadap adsorpsi herbisida tersebut.

Nilai KTK tanah Paleudult (28.67 cmol kg-1) lebih tinggi dibandingkan tanah Dystrandept (22 cmol kg-1). Hal ini terkait dengan tingginya nilai kandungan liat tanah Paleudult (46.09%) (Tabel1). Dengan kondisi demikian maka tanah Paleudult mempunyai luas permukaan yang lebih besar pada satuan berat yang sama dibandingkan tanah Dystrandept. Tingginya kandungan liat yang dimiliki oleh tanah Paleudult memungkinkan herbisida paraquat teradsorpsi lebih tinggi dibandingkan tanah Psamment dan tanah Dystrandept. Semakin tinggi KTK dan % liat, tapak jerap yang tersedia untuk adsorpsi herbisida paraquat semakin tinggi (Tu, 2001; Chang and Strike, 1997). Tingginya kandungan liat yang dimiliki oleh tanah Paleudult memungkinkan herbisida paraquat teradsorpsi lebih tinggi daripada tanah Psamment dan tanah Dystrandept.

Kandungan Mg2+ tanah Psamment lebih tinggi dibandingkan dua tanah lainnya (Tabel 1). Hal ini juga terkait dengan tingginya kandungan bahan organik dan KTK tanah Psamment. Bahan organik mempunyai kemampuan dapat membentuk struktur tanah khususnya tanah bertekstur lempung berpasir, pasir berlempung dan pasir (Tarudi et al., 1997). Dengan demikian kandungan bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation di dalam tanah. Di sisi lain tanah Dystrandept dan Paleudult mempunyai nilai basa tertukar Mg2+ yang rendah. Kandungan bahan organik dan liat yang rendah mengindikasikan bahwa kation basa rendah di dalam tanah.

Efek konsentrasi garam NaCl dan MgCl2 terhadap adsorpsi herbisida paraquat oleh tanah Dystrandept, Paleudult dan Psamment

Pengaruh konsentrasi garam terhadap adsorpsi herbisida paraquat oleh tanah Dystrandept, Paleudult dan Psamment dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3. Semakin tinggi konsentrasi garam yang diberikan baik garam NaCl maupun MgCl2 maka adsorpsi herbisida paraquat semakin tinggi (Gambar 1,2 dan 3). Adsorpsi herbisida paraquat dipengaruhi oleh permukaan adsorben. Semakin luas permukaan adsorben maka semakin tinggi kemungkinan terjadi adsorpsi. Ketika terjadi proses adsorpsi, molekul herbisida paraquat yang berada dalam larutan tanah akan berusaha menempati site adsorpsi yang tersedia.

Pengaruh MgCl2 terhadap adsorpsi paraquat mempunyai slope yang lebih tinggi dibandingkan dengan slope NaCl (Gambar 1, 2, dan 3). Hal ini menunjukkan bahwa Mg lebih besar pengaruhnya terhadap adsorpsi herbisida daripada Na. Adsorpsi paraquat meningkat 6,6 % oleh tanah Paleudult dan Psamment dan 10% oleh tanah Dystrandept apabila konsentrasi MgCl2 meningkat sampai 50 mmol L-1. Sementara itu, untuk perlakuan NaCl pada konsentrasi 50 mmol L-1, adsorpsi paraquat meningkat 5%, 5.6%, 6.8% masing-masing oleh tanah Paleudult, Dystrandept, dan Psamment. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Mg2+ memacu adsorpsi herbisida paraquat lebih kuat daripada Na+.

Adsorpsi paraquat oleh tanah Paleudult terkait dengan kadar liatnya yang tinggi dan adsorpsi paraquat oleh tanah Psamment terkait dengan bahan organik seperti yang terlihat pada Tabel 1. Sedangkan adsorpsi herbisida paraquat oleh tanah Dystrandept sangat terkait dengan liat dan bahan organiknya yang rendah.

Pengaruh konsentrasi garam NaCl dan MgCl2 terhadap pH tanah Dystrandept, Paleudult, dan Psamment

Pengaruh konsentrasi garam NaCl dan MgCl2 terhadap pH sebelum dan setelah ekuilibrasi dapat dilihat pada Gambar 4-9. Adsorpsi paraquat menurunkan pH tanah secara signifikan (Gambar 4 – 9). Hal ini mengindikasikan terlepasnya ion H+ dari komplek adsorpsi. Khan (1978) menyatakan, adsorpsi herbisida paraquat oleh koloid tanah akan diikuti oleh pelepasan ion H+. Selain itu semakin tinggi konsentrasi garam NaCl dan MgCl2 maka nilai pH semakin menurun. Hal ini terkait dengan terlepasnya kation asam dan ion H+ yang lebih banyak oleh kation dua positif (Mg2+). Sebagaimana yang terlihat pada Gambar 4 dan 5, slope grafik pH sebelum dan setelah ekuilibrasi oleh tanah Dystrandept sebesar 0.0049 dan 0.0052 untuk garam NaCl sedangkan untuk MgCl2 sebesar 0.0048 dan 0.0071. Pada tanah Paleudult slope grafik pH sebelum dan setelah ekuilibrasi masing-masing sebesar 0.0062 dan 0.0023 untuk garam NaCl dan 0.0023 dan 0.007 untuk garam MgCl2 (Gambar 6 dan 7). Sedangkan pada tanah Psamment slope grafik pH sebelum dan setelah ekuilibrasi sebesar 0.0085 dan 0.0050 untuk garam NaCl sedangkan garam MgCl2 mempunyai slope 0.0070 dan 0.0073 (Gambar 8 dan 9). Slope grafik tersebut menunjukkan, masing-masing perlakuan mempunyai perubahan yang signifikan pada pH sebelum dan setelah ekuilibrasi oleh tanah Paleudult, Dystrandept, dan Psamment. Hal ini berkaitan dengan adanya peningkatan ion H+ dalam sistem sehingga akan menurunkan pH tanah. Selain itu, slope garam MgCl2 lebih curam dibandingkan dengan garam NaCl, karena muatan yang terdapat pada MgCl2 lebih besar dibandingkan dengan muatan pada NaCl. Dengan demikian semakin banyak ion H+ yang ada dalam larutan tanah maka pHnya semakin menurun atau semakin banyak ion H+ yang terlepas dalam koloid tanah maka pH juga semakin menurun.

Pengaruh konsentrasi garam NaCl dan MgCl2 terhadap DHL oleh tanah Dystrandept, Paleudult, dan Psamment

Pengaruh konsentrasi garam NaCl dan MgCl2 terhadap peningkatan nilai DHL sebelum dan setelah ekuilibrasi di dalam sistem pada percobaan adsorpsi disajikan pada Gambar 10- 15.

Semakin tinggi konsentrasi garam yang diberikan, DHL baik sebelum dan setelah ekuilibrasi juga semakin meningkat (Gambar 10-15). Hal ini diduga dengan semakin meningkatnya konsentrasi herbisida paraquat di dalam sistem, diikuti dengan pelepasan ion paraquat di dalam sistem yang secara otomatis akan meningkatkan elektrolit dalam sistem. Kenaikan DHL ditunjukkan dengan meningkatnya adsorpsi herbisida paraquat oleh masing-masing perlakuan. Hal ini terkait dengan penambahan paraquat dan penambahan garam MgCl2 dan NaCl. Selain itu DHL meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi garam NaCl dan MgCl2. Penambahan garam MgCl2 berpengaruh lebih besar terhadap peningkatan DHL daripada garam NaCl. Hal ini terkait dengan terjadinya reaksi displacement oleh Na dan Mg terhadap ion-ion yang terikat pada permukaan koloid tanah. Keberadaan ion Na+ dan Mg2+di dalam sistem akan digantikan oleh keberadaan ion H+. Sehingga peningkatan konsentrasi garam NaCl dan MgCl2 di dalam larutan menyebabkan meningkatnya DHL dalam sistem.

9. KESIMPULAN

Adsorpsi herbisida paraquat meningkat dengan meningkatnya konsentrasi garam NaCl dan MgCl2. Garam NaCl dan MgCl2 tidak bertindak sebagai kompetitor herbisida paraquat melainkan sebagai fasilitator dalam proses adsorpsi herbisida paraquat.

Garam MgCl2 memberikan pengaruh lebih besar terhadap pH dan DHL daripada NaCl yang terkait dengan muatan yang dimiliki Mg2+ lebih besar daripada Na+.

Adsorpsi paraquat tertinggi pada konsentrasi MgCl2 50 mmol L-1 yaitu oleh tanah Paleudult sebesar 3.22 cmol kg-1. Sedangkan adsorpsi herbisida paraquat oleh tanah Dystrandept dan Psamment sebesar 3.01 cmol kg-1 dan 3.20 cmol kg-1 pada perlakuan garam MgCl2 50 mmol L-1.

10. SARAN

Dengan berkembangnya kegiatan manusia yang secara langsung berkaitan dengan lingkungan tanah menyebabkan meningkatnya perubahan kondisi lingkungan tanah seperti terjadinya pencemaran tanah dan air tanah akibat penggunaan bahan kimia dalam kegiatan pertanian. Sehingga diharapkan kita dapat memahami permasalahan-permasalahan pencemaran terhadap lingkungan tanah dan air tanah serta mampu mencari penyelesaiannya.

11. DAFTAR PUSTAKA

Down to Earth. Agustus 2005.

http://dte.gn.apc.org/66ipes.htm

J. Ruijter dan F. Agus. Pengenalan Tanah. April 2004

http://www.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/leaflet/LE0019-04.pdf.

Diakses: 11 Maret 2009

Muktamar, Zainal, dkk. 2006. Adsorpsi Herbisida Paraquat Oleh Tanah Dystrandept, Paleudult, dan Psamment Pada Berbagai Konsentrasi NaCl dan MgCl2.

http: www. bdpunip.org/jipi/artikelijipi/2006/19.pdf.

Zaenab, SKM, M.Kes. Toksilogi Pestisida. Februari 2009

http://keslingmks.wordpress.com/2009/02/14/toksilogi-pestisida/

Diakses: 11 Maret 2009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar