Sabtu, 14 Maret 2009

Tugas PTAT juga nech...

Tugas PTAT

Water Movement

Oleh : Noor Alfisyah (H1E107054)


Siklus perjalanan air adalah ketika titik embun yang berada pada langit mencapai titik jenuh, turun menjadi hujan. Hujan jatuh dipermukaan bumi. Selanjutnya sebahagian meresap kedalam tanah dengan proses yang disebut dengan istilah infiltrasi dan ketika tanah sudah mulai jenuh, air menggenang dipermukaan tanah dan mencari tempat yang lebih rendah. Ketika mereka bergerak mencari daerah yang lebih rendah, terjadilah aliran air dipermukaan tanah yang disebut dengan istilah surface run off . Jika air hujan jatuh pada tanah yang miring, maka tetsan air ini tidak akan sempat masuk kedalam rongga tanah, dan langsung menjadi aliran permukaan. Air yang mengalir dipermukaan tanah tersebut akan bertambah besar jumlahnya, dan akan mengalir kedalam sungai. Jika jumlah air yang mengalir dipermukaan jauh lebih besar dibandingkan dengan yang meresap kedalam tanah, inilah yang akan menyebabkan banjir atau luapan aliran permukaan.

Air yang ada didalam sungai itu sendiri, sebenarnya juga berasal dari air hujan yang meresap kedalam tanah, seterusnya menembus lapisan yang mampu menyimpan air yang pada umumnya merupakan lapisan pasir (lapisan aquifer) dan pada tempat tertentu menumpahkan airnya kembali kepermukaan yang dinamakan sumber ataupun mata air. Namun, hujan tidak hujan, airnya terus mengalir kedalam sungai. Sungai dengan segala sifat-sifatnya, mengalirkan air jauh sampai ke laut. Air laut (biasanya asin) ketika mendapat energi panas matahari mengalami penguapan. Proses penguapan ini disebut evaporasi. Air laut yang menguap ditiup angin menuju darat, mendaki lereng sampai ke puncak gunung, mengumpul jadi satu, berubah menjadi embun. Maka turunlah hujan. Kalau umpamanya uap air yang naik ke lapisan atmosfeer masih berada diatas lautan, kemudian mencapai titik jenuh, jatuh kembali ke laut sebagai hujan, dinyatakan siklus pendek.

Menurut seorang ahli hidrologi yang dikenal dengan nama Thornwaite, untuk menjaga kelanggengan kehidupan, harus ada keseimbangan air didalam siklus perjalanannya mulai dari titik hujan di dalam kawasan tangkapan hujan sampai kepada lepasnya air ke laut pada muara sungai. Seorang pakar lain bernama Pennman merumuskan keseimbangan neraca air yang ideal adalah ketika hujan jatuh ke bumi, sepertiganya langsung mengalir sebagai aliran permukaan seterusnya menjadi aliran sungai, sedangkan dua pertiganya meresap kedalam tanah. Yang dua pertiga tersebut sepertiganya dilepas kedalam sungai melalui mata air (spring), melalui rembesan (seepage) dan perkolasi kedalam tubuh sungai untuk selanjutnya menjadi aliran sungai dalam jangka waktu sebulan. Demikian timpa menimpa setiap kali turun hujan sehingga terbagi air menjadi tiga bagian yakni sepertiga langsung mengalir dipermukaan, sepertiga mengalir melalui proses air tanah dan sepertiganya masih tertinggal didalam tanah atau disebut juga timbunan air tanah (ground water storage). Memang besarnya kapasitas penyerapan atas air hujan bergantung sifat tanah baik kondisi penutupan lahan, kemiringan lereng, dan tingkat kekasaran tekstur tanah. Demikian juga dengan kemampuan lapisan batuan menyimpan air bergantung tebalnya dan jenis aquifer sebagai media penyimpanannya.

Aliran air tanah itu dimulai pada daerah resapan airtanah (recharge zone). Daerah ini adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan. Proses penyusupan ini akan berakumulasi pada satu titik dimana air tersebut menemui suatu lapisan batuan yang bersifat kedap air (impermeabel). Titik akumulasi ini akan membentuk suatu zona jenuh air (saturated zone). Perbedaan kondisi fisik secara alami akan mengakibatkan air dalam zonasi ini akan bergerak/mengalir baik secara gravitasi, perbedaan tekanan, kontrol struktur batuan dan parameter lainnya. Kondisi inilah yang disebut sebagai airtanah. Daerah aliran airtanah ini selanjutnya disebut sebagai daerah aliran (flow zone).

Air bergerak di dalam tanah secara horizontal dan vertikal. Pergerakan air secara horizontal disebut juga pergerakan air lateral. Pergerakan air vertikal dapat berupa pergerakan air ke bawah yang dipengaruhi oleh gerak gravitasi melalui infiltrasi dan perkolasi serta pergerakan air ke atas melalui gerak kapilaritas air tanah yang dipengaruhi oleh porositas tanah dan temperatur tanah. Air tanah yang berada di bawah zona perakaran tanaman akan mengalir menuju zona perakaran tanaman disebabkan oleh kemampuan kapiler (cappilary rise) yang dimiliki oleh tanah.

Menurut Buckman (1982), air akan bergerak dari tanah yang lembab menuju tanah yang lebih kering. Pada tanah lembab yang jumlah persentase airnya lebih tinggi, gardien tegangannya lebih besar dan lebih cepat perpindahannya. Pola kapilaritas air tanah dipengaruhi oleh besarnya pengembangan tegangan dan daya hantar pori-pori dalam tanah. Menurut Craig (1991), nilai efek kapilaritas tidak beraturan pada setiap bagian tanah, karena ukuran pori-pori yang dilewatinya bersifat acak pula.

Pada jenis tanah yang berbeda akan memberikan pola pergerakan air tanah yang berbeda pula karena pola pergerakan air tanah yang berupa gerak kapiler ini sangat dipengaruhi oleh tekstur dari tanah tersebut. Tanah bertekstur lempung yang merupakan tanah yang agak sukar merembeskan air, oleh karena itu kecepatan pergerakan air vertikal ke bawah dan pergerakan horizontal di dalam tanah bergerak agak cepat sampai agak lambat (Sarief, 1986).

Proses evaporasi dari tanah merupakan salah satu faktor penunjang yang dapat mengakibatkan air mengalir ke atas. Penembusan air dari tanah basah ke tanah kering evaporasi yang terjadi akan semakin besar, sehingga pergerakan air tanah menuju ke permukaan tanah akan semakin cepat karena air akan bergerak terus mengisi pori-pori yang kosong sampai mencapai suatu kondisi seimbang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar